Waspada! Eks HTI Gunakan Buku “Indonesia Gelap” untuk Tanamkan Ide Anti-Demokrasi

Jakarta – Isu Indonesia Gelap tak sekadar kritik sosial biasa. Di balik narasi muram tentang kondisi bangsa, terselip agenda besar yakni upaya kelompok eks HTI menyusup ke tengah gerakan rakyat untuk kembali menyebar ide khilafah!

Peringatan ini dilontarkan oleh Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi yang menyebut bahwa buku Indonesia Gelap hanyalah “kemasan manis” dari gerakan terorganisir yang mencoba membangkitkan kembali narasi anti-NKRI di tengah masyarakat.

Bacaan Lainnya

“Kelompok eks HTI sangat cerdas dalam memanfaatkan momen. Mereka masuk lewat jalur literasi, mahasiswa, aktivis, bahkan buruh, dengan menunggangi keresahan sosial,” ujar Habib Syakur dalam keterangan tertulisnya, hari ini.

Diketahui, buku Indonesia Gelap dengan link pembelian https://www.penerbitlakeisha.com/detail_buku.php?id=2174 menyebutkan para penulis dan akademisi serta aktivis HTI itu merespon isu INDONESIA GELAP yang sempat ramai diruang publik.

Habib Syakur mengungkapkan bahwa sejumlah penulis dalam proyek buku tersebut, seperti Kusnadi Ar-Razy, Azizi Fathoni K, Utsman Zahid, hingga Titok Priastomo dikenal aktif menyebarkan konten sejalan dengan narasi HTI baik melalui kajian keislaman, dakwah digital, maupun tulisan-tulisan opini di berbagai platform.

“Mereka tidak frontal menyebut khilafah, tapi menggunakan pendekatan lunak: kritik sosial, kekecewaan terhadap demokrasi, dan glorifikasi sistem Islam. Inilah cara halus menyusupkan ideologi,” tegas Habib Syakur.

*Skenario Terstruktur: Sasar Mahasiswa dan Buruh*

Menurut GNK, HTI dan simpatisannya saat ini memanfaatkan berbagai isu krusial seperti kebijakan Pemerintah, krisis ekonomi, pengangguran, dan ketimpangan sosial untuk menyusup ke dalam gerakan mahasiswa, kelompok aktivis sosial, hingga elemen buruh.

“Tagar #IndonesiaGelap bukan sekadar keluhan. Ini adalah kampanye digital terselubung yang mencoba membangun pesimisme rakyat dan menyudutkan Pemerintah. Ujungnya, mereka tawarkan solusi khilafah,” tambah Habib Syakur.

*Pre-Order Buku Indonesia Gelap Jadi Kanal Distribusi Ideologi*

Buku Indonesia Gelap yang kini ramai dijual melalui skema pre-order terbatas di berbagai platform media sosial dan e-commerce, dinilai sebagai medium literasi yang ditunggangi oleh narasi eksklusif.

“Distribusinya sangat rapi. Mereka seolah-olah menjual buku kritik sosial, padahal pesan ideologisnya mengarah pada delegitimasi sistem demokrasi dan glorifikasi sistem khilafah,” jelasnya.

Misi Tersembunyi di Balik Dukungan “Rakyat”

Meskipun buku ini menyuarakan kritik rakyat terhadap situasi bangsa, GNK menyebut bahwa dukungan terhadap gerakan rakyat seperti mahasiswa atau buruh hanya dijadikan kendaraan politik oleh kelompok khilafah. Tujuannya bukan solusi, tetapi agitasi.

“Mereka menyusup bukan untuk memperbaiki bangsa, tapi untuk merusak tatanan. Seolah-olah peduli, padahal yang mereka dorong adalah sistem yang telah ditolak oleh konstitusi,” tegas Habib Syakur.

Peringatan Terbuka: Literasi Jangan Jadi Kuda Troya Radikalisme

GNK mendesak masyarakat, terutama kalangan intelektual muda dan kampus, untuk mewaspadai infiltrasi gerakan yang memanfaatkan literasi sebagai kuda troya untuk menyebarkan paham intoleran.

“Kita jangan lengah. Kritik boleh, bahkan perlu. Tapi jangan sampai kita jadi pion dari gerakan yang ingin mengganti dasar negara,” tutup Habib Syakur.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *